Jumat, 21 April 2017

LANJUTAN ISI PTK

BAB I

Sekolah sebagai salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal mempunyai peranan yang amat penting dalam usaha mendewasakan anak dan menjadikannya sebagai anggota masyarakat yang berguna. Hal ini berarti sekolah turut pula bertanggung jawab tercapainya suatu tujuan, yang telah ditetapkan.
Perlu dipahami bahwa masing-masing individu memiliki karakter yang berbeda-beda ada yang memiliki daya serap yang cepat ada yang sedang ada yang rendah. Karena berbedaan inilah yang dapat menimbulkan masalah kesulitan belajar, sedang siswa yang pandai akan jenuh apabila proses pembelajaran disamakan dengan yang lambat belajar atau mengalami kesulitan belajar.
Oleh sebab itu agar proses belajar mengajar berjalan dan berhasil dengan baik perlu mengadakan bimbingan belajar dan motivasi agar siswa terdorong untuk melakukan kegiatan belajar dan penyesuaian diri terhadap lingkungan dimana siswa berada, guru harus memahami semua siswa dalam satu kelas yang menjadi tanggungjawabnya. Dengan memahami ciri, sifat dan kemampuan masing-masing individu memudahkan guru dalam memberikan bimbingan dan motivasi belajar.
Belajar adalah inti dari kegiatan sekolah, maka guru berkewajiban untuk membantu mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi siswa dengan cara memberikan bimbingan yang sesuai kesulitan yang dihadapi oleh siswa yang bersangkutan. Ketercapaian perkembangan siswa diperlukan tiga komponen pokok : 1) program kurikulum; 2) administrasi, 3) bimbingan belajar yang terarah. Ketiga komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang integral.
Bimbingan di sekolah, sangat diperlukan guna membantu siswa dalam mengatasi permasalahannya, dalam masalah belajar atau masalah pribadi siswa. Bimbingan siswa harus memiliki prinsip dasar yang kuat sebagai landasan pelaksanaannya, sehingga bimbingan dan motivasi belajar merupakan salah satu program yang harus dilaksanakan di sekolah.
Sekolah merupakan salah satu sistem pendidikan, dihadapkan pada tugas pokok untuk meningkatkan kehidupan yang lebih baik, kecerdasan, ketrampilan serta budi pekerti yang luhur merupakan unsur daripada tujuan pendidikan di sekolah. Kesulitan yang dialami oleh siswa mengakibatkan nilai Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas VIII-A UPTD SMP Negeri 2 Puncu Kabupaten Kediri kurang memuaskan. Dalam hal ini guru berkewajiban untuk memberikan bimbingan dan motivasi belajar pada kesulitan yang sangat mendasar.
Bimbingan dan motivasi belajar ini diberikan secara khusus oleh guru kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar Pendidikan Kewarganegaraan, agar mereka dapat mandiri, memiliki kepercayaan diri, sehingga lama kelamaan mereka akan dapat memecahkan masalahnya sendiri.
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan : (1). Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, (2). Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta antikorupsi, (3). Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya, (4). Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Dengan berbagai kenyataan sosial dalam kehidupan sehari-hari yang bersumber dari ilmu bumi, ekonomi, sejarah, antropologi, sosial dan tata negara. Muncul kecenderungan terhadap nilai-nilai moral dan sikap dalam pendidikan Pendidikan Kewarganegaraan, dewasa ini masih menempatkan arti penting pengetahuan sebagai salah satu tujuan akhir. Muhamad, IT, dalam Martorella dan Shaver, ( 2003 : 370 ), mengatakan bahwa " pengetahuan adalah pabrik program Pendidikan Kewarganegaraan ". Dengan kata lain siswa pada dasarnya adalah sebagai pembelajar aktif, bukan seperti botol kosong, guru mengisinya dengan berbagai pengetahuan dan ketrampilan, tetapi siswa telah memiliki pengalaman belajar sejak lahir yang lazim disebut konsep dasar atau modalitas.
Tugas guru adalah menumbuh kembangkan modalitas siswa dengan bimbingan dan motivasi belajar sebab kenyataan di lapangan nilai mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan selalu kurang memuaskan mencapai nilai rata-rata 68 (di bawah standart ketuntasan minimal). Dengan rendahnya nilai tersebut berarti siswa mengalami kesulitan belajar yang mendasar. Karena rendahnya prestasi belajar ini merupakan salah satu indikasi bahwa siswa mengalami kesulitan belajar yang serius.
Melihat harapan dan kenyataan di lapangan seperti itu, maka penulis melakukan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul : " Peningkatan Pemahaman Mata Pelajaran Pkn Kompetensi Dasar Menjelaskan Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan Ideologi Negara Melalui Metode Bimbingan Dan Motivasi Pada Siswa Kelas VIII.A Semester I UPTD SMP  Negeri 2 Puncu Semester 1 Tahun Pelajaran 2009 / 2010 Kabupaten Kediri ".
Dengan harapan dapat memberikan salah satu alternatif sebagai solusi dalam upaya mengatasi kurang berhasilnya dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VIII-A UPTD SMP, yang selama ini dikeluhkan oleh berbagai kalangan, baik orang tua, masyarakat, guru dan sekolah.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini adalah sebagai berikut :
1.  Apakah bimbingan dan motivasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa ?
2.   Bagaimana bimbingan dan motivasi siswa dapat meningkatkan prestasi belajar    siswa ?

Bertolak dari rumusan masalah dalam penelitian ini maka tujuan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) di atas bertujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengatasi bahwa bimbingan dan motivasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Untuk mengetahui cara memberi bimbingan dan motivasi agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas maka hipotesis tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah : " Bimbingan dan motivasi dapat meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa UPTD SMP Negeri 2 Puncu Kabupaten Kediri ".
Manfaat penelitian ini bermanfaat bagi siswa, guru, sekolah sebagai berikut :
1. Bagi siswa, dengan menyadari akan kekurangan yang ada pada dirinya, siswa akan berusaha semaksimal mungkin untuk memperbaiki segala kelemahan dan kesulitan belajar yang dihadapi melalui bimbingan dan motivasi. Karena siswa telah termotivasi maka mereka akan menggerakkan daya upaya untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik.
2. Bagi guru, dengan menyadari kewajiban dan tanggung jawab dalam membantu perkembangan siswa melalui kritik diri akan selalu berusaha memperbaiki dan menyempurnakan proses pembelajaran, bimbingan dan motivasi untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar, menemukan salah satu alternatif dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa.
3. Bagi sekolah, memberikan masukan bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa serta sebagai sarana pembelajaran untuk meningkatkan kerjasama dan kreatifitas guru.


Bimbingan dan motivasi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa itu banyak macamnya. Untuk menghindari uraian yang panjang lebar, dalam penelitian tindakan ini penulis batasi pada " Peningkatan Pemahaman Mata Pelajaran Pkn Kompetensi Dasar Menjelaskan Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan Ideologi Negara Melalui Metode Bimbingan Dan Motivasi Pada Siswa Kelas VIII.A Semester I UPTD SMP  Negeri 2 Puncu Semester 1 Tahun Pelajaran 2009 / 2010 Kabupaten Kediri ". Materi ini diambil dari Standar Kompetensi Menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yang pada kurikulum KTSP memuat 3 Kompetensi Dasar yaitu :
1.     Menjelaskan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara
2.     Menguraikan nilai-nilai
3.     Sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Dengan berdasarkan pada latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan ruang lingkup penelitian tindakan di atas beberapa istilah yang digunakan dijabarkan operasionalnya demi kejelasan, ketegasan serta untuk menghindari salah pemahaman, salah pengertian dalam menginterpretasikan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bimbingan merupakan suatu bantuan yang diberikan oleh seorang kepada orang lain ( murid ) yang dirasa bermasalah dengan harapan murid itu dapat menerima keadaan sehingga dapat mengatasi masalahnya dan mengadakan penyesuaian diri terhadap lingkungan, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, HM, Arifin  (2002 : 4).
2. Motivasi merupakan dorongan yang ada dalam diri siswa untuk menggerakkan daya upaya suatu aktivitas tertentu dalam rangka mencapai suatu tujuan, Sukari Setijono,  (2002 : 56). Motivasi ini tidak tumbuh dengan sendirinya tetapi butuh latihan dan dorongan.
3. Penelitian Tindakan adalah penelitian yang dipusatkan pada analisis refleksi, terhadap apa yang aktual terjadi di dalam kelas. Dalam hal ini adalah aktivitas guru, aktivitas siswa dan interaksi siswa-siswa, guru-siswa dan bahan atau tugas-tugas pembelajaran yang digunakan yang teramati selama pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berlangsung, Mc. Niff; ( 2002 ). Tujuannya adalah untuk mengetahui, mengerti, mengkaji dan menemukan  “makna” di balik realitas sosial yang terjadi selama pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berlangsung di dalam kelas. Berdasarkan makna yang terungkap kemudian disusun program tindakan " Peningkatan Pemahaman Mata Pelajaran Pkn Kompetensi Dasar Menjelaskan Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan Ideologi Negara Melalui Metode Bimbingan Dan Motivasi Pada Siswa Kelas VIII.A Semester I UPTD SMP  Negeri 2 Puncu Semester 1 Tahun Pelajaran 2009 / 2010 Kabupaten Kediri ".
4. Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai, melalui aktivitas yang dilakukan secara dasar untuk memperoleh sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil aktivitas dalam belajar. Prestasi belajar tidak dapat diketahui tanpa diadakan penilaian ( W.J.S. Poerwadarminta, 1989 ). Penilaian adalah suatu tindakan atau suatu prosentase menentukan nilai dari pada suatu atau proses untuk menentukan nilai dari pada sesuatu, Wayan Nur Hasana, D.B, ( 2003 ).











BAB II

a. Pengertian Bimbingan
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada murid dengan memperhatikan murid itu sebagai individu dan makhluk sosial, serta memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individu agar murid itu dapat membuat tahap seoptimal mungkin dalam proses perkembangannya dan agar ia dapat menolong dirinya, menganalisa dan menemukan masalah­-masalah temuannya itu demi memajukan kebahagiaan hidup terutama ditekankan pada kesejahteraan jiwa (mental), Balitbang, (2008 : 2).
Menurut Pedoman PPL UMN Malang (2008), Bimbingan belajar siswa adalah upaya mengenal, memahami dan menetapkan siswa yang mengalami kesulitan belajar dengan kegiatan mengidentifikasi, mendiagnosa, memprognosa dan memberikan pertimbangan pemecahan masalah.
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang ditujukan kepada individu atau kelompok siswa agar yang bersangkutan dapat mengenali dirinya sendiri, baik kemampuan yang dimilikinya maupun kelemahannya agar selanjutnya dapat mengambil keputusan dan dapat bertanggung jawab dalam menentukan jalan hidupnya atau memecahkan sendiri kesulitan yang dihadapi serta dapat memahami lingkungannya, secara tepat sehingga dapat memperoleh kebahagiaan hidupnya.
■ Langkah-langkah bimbingan belajar
1. Mengenal siswa yang mendapat kesulitan belajar dengan menggunakan norma atau ukuran kriteria tertentu.
2. Mencari sebab-sebab siswa mendapat kesulitan.
3. Mencari usaha untuk membantu memecahkan kesulitan-kesulitan itu.
4. Mengadakan pencegahan supaya kesulitan yang dialami seseorang tidak menular kepada yang lain, Sutijono, S. (2004 : 49).
Jika permasalahan siswa tidak segera ditemukan solusinya, siswa akan mengalami kegagalan atau kesulitan belajar yang dapat mengakibatkan rendah prestasinya/tidak lulus, rendahnya prestasi belajar, minat belajar atau tidak dapat melanjutkan belajar, S. Sucitae, (2002 : 2).
Langkah-langkah yang ditempuh untuk menjamin keberhasilan belajar adalah :
1) Identifikasi Masalah Siswa
Identifkasi masalah siswa adalah untuk menentukan siswa yang mengalami kesulitan belajar yang sangat memerlukan bantuan. Langkah ini "sangat mendasar sekali" dan merupakan awal kegiatan bimbingan terhadap siswa yang bermasalah, untuk menentukan masalah yang dialaminya.
Dalam bimbingan belajar siswa, masalah yang terjadi dijaga, kerahasiaannya. Dikandung maksud agar siswa yang mengalami permasalahan tidak terbebani, tidak ragu dan tanpa rasa takut mengungkapkan permasalahannya dengan jujur. Metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara, instrumen.
2) Diagnosa
Diagnosa dilakukan dalam bimbingan belajar, diartikan sebagai rumusan-rumusan masalah siswa, jenis kesulitan serta latar belakang kesulitan dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, serta kesulitan belajar atau masalah yang mengganggu aktivitasnya sehari-hari, sehingga mempengaruhi belajarnya.
3) Prognosa
Prognosa merupakan kegiatan memperkirakan permasalahan, apabila siswa yang mengalami kesulitan belajar tidak segera mendapat bantuan. Bertujuan untuk menentukan bantuan yang dapat diberikan kepadanya.
4) Pemberian Bantuan
Bantuan yang diberikan dengan menggunakan pengarahan, motivasi, belajar. Cara mengatasi masalah kesulitan belajar melalui latihan-­latihan dan tugas baik individu maupun kelompok, secara rutin.
5) Tindak Lanjut (follow up)
Tindak lanjut kegiatan bimbingan belajar, untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan atau ketidakberhasilan, usaha-usaha memberikan bantuan pemecahan masalah yang telah diberikan.
b. Fungsi Bimbingan Belajar
1) Fungsi Koratif
Tindak lanjut dari bimbingan belajar adalah merupakan usaha memperbaiki kekurangtepatan yang sebelumnya dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas antara lain "kekurangan dalam merumuskan tujuan, dalam menggunakan metode, dalam menggunakan media (alat bantu mengajar) pemilihan bahan dan materi pelajaran dalam menyusun evaluasi dan pengelolaan pelajaran.
2) Fungsi Penyesuaian
Bimbingan belajar adalah salah satu motivasi ekstrinsik agar siswa menyesuaikan diri dengan situasi belajar di kelas. Siswa dapat belajar sesuai dengan kondisi pribadinya, sehingga ia memiliki peluang yang besar untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik.
3) Fungsi Akselerasi
Siswa yang lambat belajar dapat ditingkatkan kecepatan belajarnya melalui program bimbingan belajar, karena bahan, materi, waktu yang disediakan telah disesuaikan dengan kesulitan yang dialami siswa.
4) Fungsi Terapi
Langsung atau tidak langsung pemberian bimbingan belajar sedikit demi sedikit menyembuhkan atau memperbaiki kondisi kepribadian siswa yang menunjukkan adanya penyimpangan tingkah laku belajar. Pentingnya pemberian bimbingan belajar dapat dilihat dari berbagai segi, kenyataan menunjukkan bahwa masih ada siswa dalam satu kelas yang prestasi belajarnya rendah jauh dibawah prestasi belajar rata-rata kelas.
Dari segi guru bahwa guru memiliki tanggung jawab atas keberhasilan siswa seluruh kelas, atau tanggung jawab atas tercapainya tujuan pembelajaran yang telah diterapkan.
c. Teknik Pemberian Bimbingan
Ada beberapa teknik pemberian bimbingan belajar Pendidikan Kewarganegaraan antara lain :
1)   Bimbingan individual, diberikan kepada beberapa siswa yang mengalami kesulitan belajar yang berbeda-beda dengan cara memberikan bimbingan secara langsung berupa latihan atau penugasan secara individu.
2)   Bimbingan Kelompok
a. Bimbingan kelompok kecil
Bimbingan kelompok kecil antara (2-5) siswa, bantuan ini berupa kelompok kecil. Dengan cara latihan kelompok atau tugas kelompok salah satu teman yang pandai menjadi tutor sebaya.
b. Bimbingan kelompok besar, terdiri dari 6-10 siswa peranan guru sebagai motivator, yang membimbing sekelompok siswa aktif belajar. Dalam kegiatan ini guru menciptakan situasi agar diskusi terjadi. Sehingga semua anggota kelompok dapat ikut aktif dalam diskusi, sehingga semua anggota kelompok dapat ikut aktif dalam diskusi.
Materi dapat berupa latihan atau penugasan yang terkait dengan materi Pendidikan Kewarganegaraan. Guru berkewajiban untuk memberikan bimbingan dan bantuan khusus kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar mampu mengatasi kesulitannya sendiri dengan baik. Adapun langkah yang harus ditempuh telah diuraikan "di depan" (Identifikasi masalah siswa, diagnosa prognosa, pemberian bantuan, follow up (tindak lanjut). Pada intinya belajar itu dipengaruhi 2 faktor : 1) faktor intrinsik dan 2) faktor ekstrinsik.
1) Pengaruh intrinsik
Kemungkinan kondisi siswa pada waktu mengerjakan tugas, tidak belajar, kelelahan kurang tidur dan lain sebagainya.
2) Pengaruh ekstrinsik
a) Materi Pendidikan Kewarganegaraan diberikan guru terlalu mudah atau terlalu sulit, sebab materi yang terlalu mudah membuat siswa tidak respon (tidak tertantang) karena bosan dapat berakibat frustasi, apabila materi terlalu sulit.
b) Kemungkinan kegiatan pembelajaran kurang efektif dan menarik sehingga siswa tidak termotivasi untuk belajar. Dari dua pengaruh di atas siswa mengalami kesulitan belajar.

1. Pengertian Motivasi
Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat "upaya" yang tinggi untuk tujuan-tujuan tertentu yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuh kebutuhan individu.
Unsur "upaya" merupakan ukuran intensitas, bila seseorang termotivasi, akan mencoba sekuat tenaga dan pikiran untuk belajar lebih baik.
Menurut W.J.S. Poerwadarminta (1989 : 655) dikatakan kata motivasi ditinjau dari bahasa dapat diartikan sebagai daya pengarah untuk melakukan sesuatu, demi tercapainya tujuan.
Sedangkan Sukarni Sitiyono, (2002 : 56) mengatakan bahwa "motivasi" merupakan, suatu dorongan yang ada dalam diri siswa (individu) untuk menggerakkan suatu aktivitas tertentu dalam rangka mencapai tujuan.
Tujuan yang dimaksud adalah prestasi belajar siswa meningkat, untuk meningkatkan prestasi belajar itu guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang kondusif taat ruang yang menyenangkan kreatif dan pembelajaran serta menciptakan kedisiplinan. Sebab kedisiplinan merupakan "kata kunci" untuk mencapai suatu keberhasilan utamanya disiplin waktu. Siswa dibiasakan hidup disiplin, teratur lalu tanggung jawab baik di rumah maupun di sekolah.
Disiplin dalam mengerjakan tugas dapat tepat waktu sesuai yang telah ditentukan. Dengan demikian motivasi itu akan timbul yang akhirnya secara sadar akan terbiasa. Sebab motivasi itu bukan dibawa sejak lahir tetapi perlu dibentuk dilatih, ditimbulkan, dibimbing, dan didorong, agar siswa termotivasi untuk belajar.
2. Macam-Macam Motivasi
Motivasi ada dua macam yaitu, motivasi a) intrinsik dan b) motivasi ekstrinsik.
a) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi dari dalam. Karena dalam diri siswa sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu, maka yang dimaksud motivasi intrinsik dorongan dari dalam diri siswa ingin mencapai suatu tujuan dalam suatu pembelajaran.
b) Motivasi ekstrinsik
Motivasi dari luar adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya, aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan rangsangan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar
Dengan kata lain motivasi dapat diartikan sebagai daya upaya seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat diartikan sebagai daya upaya seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
a) Situasi rumah
Ciptakan situasi rumah tangga yang harmonis jangan ada perselisihan diantara anggota keluarga, ciptakan suasana keluarga yang kondusif, sehingga siswa termotivasi untuk belajar.
b) Sarana belajar
Orang tua hendak memperhatikan sarana belajar baik berupa buku, alat tulis, dan lain sebagainya. Sarana belajar hendaknya tersedia, dengan lengkap dan dalam keadaan baik. Artinya sarana belajar itu tidak hanya dilihat ada tidaknya, namun masih layak dipakai atau tidak, Budi Santoso, D. (2002 : 52).
c) Kesempatan Belajar
Kesempatan belajar yang dimaksud adalah penyediaan waktu yang cukup dalam suasana damai, tenteram, dalam suasana keluarga yang kondusif.
d) Pengawasan orang tua
Pengawasan kepada anak-anak itu penting sekali untuk menimbulkan kecenderungan gemar belajar, karena ada perhatian orang tua kepada anaknya. Pengawasan tersebut tidak berarti menghambat anak belajar atau menekan cara belajar, tetapi bersifat mendorong anak untuk belajar sendiri.
4. Keadaan di Sekolah
Ada sepuluh sikap baik yang disukai Siswa :
a. Suka menolong pekerjaan sekolah dan menerangkan pelajaran dengan jelas dan mendalam serta menggunakan contoh-contoh yang baik dalam pengajaran.
b. Periang dan gembira, memiliki perasaan humor dan suka menerima lelucon.
c. Bersikap bersahabat, merasa sebagai seorang guru dalam kelompok kelas.
d. Menaruh perhatian dan memahami muridnya.
e. Berusaha agar tampil menarik dapat membangkitkan keinginan dapat membangkitkan keinginan bekerjasama dengan murid.
f. Tugas sanggup menguasai kelas dan dapat membangkitkan rasa hormat pada anak didik.
g. Tidak ada yang lebih disenangi dan pilih kasih.
h. Tidak suka mengomel dan mencela.
i.  Anak didik merasakan benar-benar merasakan bahwa ia mendapat sesuatu dari guru.
j.  Mempunyai pribadi yang dapat diambil contoh dari murid dan masyarakat lingkungan.
Profil guru yang ideal adalah mereka mengabdikan diri berdasarkan hati nurani bukan tuntutan material oriented yang membatasi tugas dan tanggung jawab mereka sebatas dinding sekolah atau dengan kata lain sekedar mencari nafkah. Guru mau dan mampu memberi bimbingan, motivasi belajar.

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan diciptakan baik secara individu atau kelompok. Prestasi dapat diperoleh melalui perjuangan W.J.S. Poerwadarminta, 1989 berpendapat bahwa "prestasi" adalah hasil yang telah dicapai. Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Sudirman, AM, (2008) mengemukakan suatu rumusan bahwa belajar sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga psikopisik menuju perkembangan pribadi.
Dari beberapa pendapat para ahli pada dasarnya ada kesamaan dan dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil belajar. Menurut Imam Nurhidayat Copo (2006 : 52) mengatakan yang dapat menghambat prestasi belajar adalah sebagai berikut :

1.   Intelegensi yang rendah.
2.   Siswa UPTD SMP pada umumnya mereka masih mengutamakan bermain-main dengan teman daripada belajar.
3.   Mungkin guru kurang pandai menumbuhkan waktu yang baik.
4.   Siswa bisa memilih atau menggunakan waktu yang baik.
5.   Para siswa belum bisa menggunakan teknik yang baik untuk belajar secara efektif dan efisien.
6.   Mungkin orang tua yang kurang memperhatikan terhadap prestasi belajar anaknya.
7.   Lemahnya semangat belajar karena tidak memiliki cita-cita.
8.   Kadang-kadang anak bandel masa bodoh dan kebal peringatan.
9.   Tidak mau belajar secara kelompok, terlalu percaya diri, ternyata masih tertinggal dengan teman-temannya.
10. Lingkungan belajar yang kurang baik.
11. Kondisi jiwa anak tidak stabil.
Setelah mengetahui faktor-faktor yang menghambat keberhasilan belajar, cara-cara untuk meraih keberhasilan antara lain sebagai berikut :


1. Pendisiplinan
Setiap siswa hendaknya disiplin waktu artinya pandai membagi waktu. Apabila ada tugas dari guru harus segera dikerjakan, siswa yang tidak disiplin waktu bisa saja kesuksesan tertunda dan lain sebagainya.
2. Pandai memanfaatkan fasilitas
Siswa yang kreatif sudah dapat mengerjakan tugas sebelum diajarkan oleh guru karena siswa belajar dari Internet, media masa, media elektronika, radio, ensiklopedia dan lain sebagainya.
3. Membentuk kelompok diskusi
Dalam diskusi peran serta siswa diharap semua aktif, baik menjadi penanya atau penjawab. Untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, terjadi interaksi siswa-siswa dan guru-siswa.
4. Perlu motivasi
Pada dasarnya hambatan yang ditemui seorang yang sedang belajar adalah menyangkut teknik cara belajar pendorong belajar berupa motivasi.
5. Jangan malu bertanya
Pada umumnya malu bertanya adalah penyakit dalam belajar, karena hal ini tidak menguntungkan.

Pengembangan bahan kajian dalam penyusunan kurikulum KTSP untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, berdasarkan pada kenyataan-kenyataan yang ada berkaitan dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi dengan perubahan­-perubahan sosial budaya. Sehubungan dengan itu ciri khas kurikulum tingkat satuan pendidikan khususnya untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah memiliki lulusan dalam mengembangkan materi pelajaran dan pengaturan waktu.
Keadaan memungkinkan para pengajar untuk mengembangkan bahan kajian tertentu dengan memasukkan peristiwa-peristiwa yang tengah berlangsung yang berkaitan dengan lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi, dan pemerintahan tanpa mengurangi tuntutan minimal bahan kajian yang ada dalam silabus. Dengan demikian sasaran pembelajaran sebagaimana yang disyaratkan oleh kurikulum dapat tercapai dan siswa memiliki wawasan yang lebih luas tentang berbagai peristiwa yang terjadi serta memahami kaitan antara masa lampau sekarang dan akan datang.
1. Pengertian
Ideologi
Semua warga negara mempunyai Ideologi, termasuk negara kita, mempunyai ideologi yang disebut Pancasila. Ideologi sangat penting bagi suatu negara untuk mengantarkan bangsa tersebut menuju kehidupan yang di cita-citakan. Ideologi berisi tentang ajaran-ajaran yang harus dilakukan / yang harus dimiliki agar bangsa tersebut mengetahui arah perjuangan yang dituju,meyakini kebenaran nilai-nilai yang telah di miliki itu untuk menuju cita-citanya.Sehingga bangsa tersebut tidak terobang – ambing di tengah perjalanan karena adanya pengaruh dari luar yang ingin membelokkan perjalanan bangsa itu, yang pada akhirnya perjalanan bangsa selamat sampai pada tujuan.
Ideologi adalah  suatu rangkaian atau kesatuan pemikiran yang menyeluruh dan mendasar yang telah diyakini kebenarannya, yang tersusun secara sistematis, yang mendidik, mengarahkan, memberikan bekal serta petunjuk menuju pada kehidupan yang dicita-citakannya.
Pentingnya Ideologi bagi suatu negara bisa dilihat dari fungsinya ideologi itu sendiri :
1.   Membentuk Identitas atau ciri khas kelompok / Bangsa
2.   Mempersatukan sekelompok bangsa yang terdiri atas berbagai macam suku,budaya,adat,agama dsb
3.   Mengatasi berbagai perbedaan berbagai konflik / pertentangan bangsa sebagai pembentuk solidaritas / rasa kebersamaan.
Dasar Negara :
Dasar Negara adalah dasar atau pondasi bagi berdirinya suatu negara. Pancasila sebagai dasar negara artinya Pancasila digunakan sebagai dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan  negara. Dasar Negara yang kokoh apabila nilai-nilai sosial budaya yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat Indonesia sendiri. Maka Pancasila merupakan ciri khas bangsa Indonesia yang tidak dimiliki bangsa – bangsa lain di dunia, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Pancasila mempunyai banyak fungsi yang sering disebut : Sebagai Ideologi Negara, pandangan hidup bangsa, Falsafah hidup bangsa Indonesia, Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, Dasar Negara, dan Sumber dari segala sumber hukum. Bangsa Indonesia harus menghindari sistem pemerintahan otoriter yang memasung hak-hak warga negara untuk menjalankan prinsip-prinsip demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kehidupan yang demokratis di dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, pemerintahan, dan organisasi-organisasi non-pemerintahan perlu dikenal, dipahami, diinternalisasi, dan diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi. Selain itu, perlu pula ditanamkan kesadaran bela negara, penghargaan terhadap hak azasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, serta sikap dan perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme.
2.   Fungsi
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
3. Tujuan
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut, (1). Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, (2). Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta antikorupsi, (3). Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya, (4). Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
4. Ruang lingkup materi
Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1.   Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.
2.   Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional.
3.   Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM .
4.   Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara.
Dalam buku The Process of Parenting, Brooks (2001) mengatakan bahwa kesulitan belajar itu sukar didefinisikan dengan tepat. Menurutnya secara umum kesulitan belajar diartikan sebagai kekurangan dalam proses, belajar yang mendasar, misalnya siswa kurang memperoleh motivasi belajar, baik dari dalam dirinya maupun dari guru, orang tua atau lingkungannya.
Sedangkan Ahmadi dan Supriyono, (2001) memaparkan bahwa kemampuan belajar setiap individu siswa tidak sama, ada yang cepat ada yang lambat menangkap isi pelajaran. Perbedaan individual itulah yang menyebabkan timbulnya perbedaan mestinya hal seperti itu disebut dengan tingkah laku belajar sebagaimana kesulitan belajar.
 Dalam kaitannya dengan belajar Pendidikan Kewarganegaraan dapat dikatakan kesulitan belajar Pendidikan Kewarganegaraan yang dihadapi siswa, sehingga mereka tidak dapat memanfaatkan siswa, sehingga mereka tidak dapat memanfaatkan kemampuan dirinya secara optimal untuk menguasai materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Oleh sebab itu guru seharusnya memandang kesulitan belajar.
Dengan cara pandang demikian itu, upaya guru dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar Pendidikan Kewarganegaraan, sekaligus dapat difungsikan untuk memantapkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dipelajarinya. Untuk mengetahui siswa yang mengalami kesulitan belajar Pendidikan Kewarganegaraan salah satu cara ialah dengan melihat (observasi) nilai ulangan Pendidikan Kewarganegaraan siswa dalam satu kelas, kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas.
Hasil ulangan siswa dianalisa untuk dicari jenis kesalahan yang dilakukan siswa, untuk menentukan jenis bantuan yang diperlukan siswa dalam membantu mengatasi masalah kesulitan belajar yaitu pengaruh
(a) faktor internal dan (b) faktor eksternal (William Burton).
a) Faktor Internal
1) Masalah pergaulan
-   Karena keadaan jiwa anak mempunyai sifat pemalu.
-   Emosi tidak seimbang.
-   Perasaan tidak aman, anak tidak senang tinggal di sekolah dan di rumah tetapi tidak tahu mengapa demikian.
-   Sulit menyesuaikan diri dengan orang lain.
2) Masalah Pelajaran
- Kurang bisa membagi waktu.
- Kurangnya semangat belajar (tidak ada minat belajar).
- Sukar memusatkan perhatian waktu belajar.
3) Kemampuan Dasar intelektual
Kemampuan dasar yang rendah dapat menyebabkan kegagalan dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Garedner dalam Thomas Astrong (2000) mengatakan ada delapan kecerdasan yang dimiliki oleh setiap manusia yang disebut dengan multiple intelligences (kecerdasan majemuk), meliputi :
(l)   kecerdasan linguistik, kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik lisan-maupun tertulis;
(2)  kecerdasan matematis logis, kemampuan menggunakan angka dengan baik dan melakukan penalaran yang benar;
(3)  kecerdasan spasial, kemampuan membayangkan, mempresentasikan ide secara visual spasial dan mengorientasikan diri secara tepat dalam matrik spasial;
(4)  kecerdasan kinestetis jasmani, keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan dan ketrampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu;
(5)  kecerdasan musical, kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal dengan cara mempersepsi, membedakan mengubah dan mengekspresikan;
(6) kecerdasan interpersonal, kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain;
(7) kecerdasan intraprosonal, kemampuan memahami diri secara akurat, kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, temperamen, keinginan, kemampuan berdisiplin diri, memahami dan menghargai diri;
(8)  kecerdasan natmalis, kecerdasan ini meliputi kepekaan pada fenomena alam lainnya.
Kedelapan kecerdasan tersebut berfungsi bersamaan dengan cara yang berbeda-beda pada diri setiap orang. Bobbi De Porter dan Mike Hernachi membagi otak manusia menjadi tiga bagian dasar yaitu (1) batang otak atau otak reptil, (2) systim limbic atau otak mamalia dan (3) neokorteks.
Otak reptil berkaitan dengan inoting mempertahankan hidup, dorongan untuk mengembangkan spesies. Perhatiannya adalah pada makanan, tempat tinggal, reproduksi dan perlindungan wilayah. Otak limbic berkaitan dengan kecerdasan. Berfungsi mengatur pesan-pesan yang diterima melalui penglihatan pendengaran dan sensasi tubuh, proses yang berasal dari pengaturan ini adalah Junolaron, berpikir secara intelektual, pembuatan keputusan, perilaku, bahasa kendali motorik dasar dan ideasi (penciptaan gagasan non verbal).
b) Faktor Eksternal
1. Tempat belajar yang tidak menyenangkan.
2. Metode pembelajaran guru yang kurang menarik.
3. Keadaan keluarga dan lingkungan sekitar.






BAB III

Penelitian ini menggunakan Rancangan Penelitian Tindakan (action research) berdasarkan pendekatan naturalistik-kualitatif. Pendekatan ini memandang kenyataan sebagai suatu yang berdimensi jamak utuh dan merupakan satu kesatuan.
Karena itu tidak mungkin disusun rancangan penelitian yang terinci. Rancangan penelitian berlangsung selama proses penelitian berlangsung. Peneliti dan obyek yang diteliti saling berinteraksi yang proses penelitiannya dilakukan oleh peneliti, dan berfungsi sebagai alat penelitian. Dengan perkataan lain dalam penelitian ini tidak ada alat penelitian yang baku yang telah disiapkan sebelumnya.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan di atas peneliti menggunakan jenis penelitian tindakan (action research). Bimbingan dan motivasi untuk meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas VIII-A UPTD SMP Negeri 2 Puncu  Kabupaten Kediri, semester I tahun pelajaran 2009/2010.
Dengan perkataan lain penerapan penelitian tindakan di dalam kelas diharapkan mampu mendorong guru memiliki kesadaran diri melakukan refleksi diri atau kritik diri terhadap aktivitas pembelajaran yang diselenggarakan, (MC. Niff; 2002, Hopkind, 2005). Yaitu guru-siswa proses pembelajaran selama pembelajaran berlangsung. Kemudian dijadikan bahan dasar refleksi diri dalam penyusunan rencana tindakan yang akan dilakukan.
Kegiatan ini dilakukan dengan mengikuti alur pokok yaitu :
1. Refleksi awal.
2. Perencanaan Tindakan.
3. Pelaksanaan Tindakan dan pengamatan.
4. Refleksi.

Kehadiran peneliti dan praktisi, menerapkan berbagai teori dan teknik pembelajaran yang relevan dan kreatif. Dalam proses pembelajaran berlangsung peneliti mencatat temuan-temuan dalam pengamatan yang dipakai sebagai dasar refleksi atas apa yang terjadi pada tahap pelaksanaan. Hasil refleksi, melandasi upaya perbaikan dan penyempurnaan rencana tindakan selanjutnya. Melalui tahapan-tahapan sampai tujuan pembelajaran berhasil.

Lokasi adalah lokasi situasi sosial terdiri dari tempat, pelaku, dan kegiatan (Nasution;S. 2002). Lokasi yang dimaksud meliputi :
1) Aspek tempat ialah lokasi dimana proses pembelajaran berlangsung yaitu Kelas VIII-A UPTD SMP Negeri 2 Puncu Kabupaten Kediri.
2) Aspek pelaku, ialah peneliti, guru dan siswa Kelas VIII-A yang terlibat dalam interaksi   pembelajaran.
3) Aspek kegiatan ialah bimbingan dan motivasi uintuk meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas VIII-A UPTD SMP Negeri 2 Puncu Kabupaten Kediri semester I, tahun pelajaran 2009/2010 pada Kompetensi Dasar Menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara.

Sumber data yaitu berupa subyek penelitian yang dapat memberikan informasi yang dapat membantu perluasan teori (Bagdan and Biklen, 2004). Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan  siswa Kelas VIII-A UPTD SMP Negeri 2 Puncu Kabupaten Kediri dalam bimbingan dan motivasi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

Data penelitian dihimpun berupa :
1. Studi dokumentasi melihat hasil ulangan tahun pelajaran 2009/2010, dipergunakan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa ada peningkatan atau merosot dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Observasi yaitu pengamatan langsung pada proses pembelajaran diskusi maupun evaluasi bimbingan dan motivasi. Dalam observasi kecermatan, kemampuan fisik pengamatan, menggunakan alat pencatat.
3. Catatan lapangan.
Hasil dan Siklus I dilakukan refleksi dan rekomendasi hasil temuan untuk dijadikan bahan penyempurnaan pada penerapan Siklus II dan seterusnya sampai hasil belajar dan proses pembelajaran mencapai sesuatu dengan tujuan.

F. Analisa Data
Analisa data dilakukan secara diskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dengan bimbingan dan motivasi belajar dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Melakukan reduksi yaitu mengecek dan mencatat kembali data-data yang telah terkumpul.
2) Melakukan interpretasi, yaitu menafsirkan yang diwujudkan dalam bentuk pernyataan.
3) Melakukan inferensi yaitu menyimpulkan, apakah dalam pembelajaran ada peningkatan prestasi belajar dibanding sebelum penelitian.
4) Tahap tindak lanjut, yaitu merumuskan langkah-langkah perbaikan siklus berikutnya atau dalam pelaksanaan di lapangan setelah siklus berakhir berdasarkan informasi yang telah ditetapkan.
Pengambilan kesimpulan berdasarkan analisis hasil observasi dalam bentuk interpretasi dalam bentuk pernyataan. Dalam kegiatan analisis data menggunakan metode pengolahan data dengan rumus :
Keterangan :
P =   Prosentase
F =   Frekuensi dari jawaban alternatif jawaban yang berhubungan dengan masalah yang ditanyakan.
N = Jumlah seluruh responden yang menjawab pertanyaan- pertanyaan tertentu.
Secara garis besar sebagai ilustrasi untuk mendapatkan gambaran yang jelas maka hasil angkut dijumlah. Kemudian diolah berdasarkan rumus prosentase. Besar kecilnya nilai prosentase tersebut diadakan rekapitulasi data untuk ditentukan rata-rata kelas berdasarkan prosentase data.


BAB IV

a. Pengumpulan Data
Setelah data terkumpul, kemudian diadakan pengecekan apakah data yang terkumpul sudah lengkap sesuai dengan instrumen yang diajukan. Data tersebut terdiri dari hasil ulangan siswa selama dua siklus. Siklus I di bimbingan dan motivasi.
Siklus II sudah mendapat bimbingan dan motivasi dari guru, data dokumentasi rata-rata "sebelum" bimbingan dan motivasi agar lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1
Rekapitulasi Pengumpulan Data

No.

Responden

Jml.
Instrument

Ket.
Angket
Evaluasi
Observasi
1.
2.
Siswa
Guru
42
1
42
1
84
2
1
1


Jumlah
43
43
86
2


Observasi dokumentasi buku daftar nilai rata-rata kelas nilai Pendidikan Kewarganegaraan = 69.
“Sebelum diadakan bimbingan motivasi."
Tabel .2 Hasil Belajar Siklus I
Nilai Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas VIII-A
(sudah mendapat bimbingan dan motivasi)
Data menunjukkan hasil belajar Siklus I sesudah mendapat bimbingan dan motivasi mencapai rata-rata 78,1 dalam kategori baik, berarti ada peningkatan sebelum bimbingan dan motivasi mencapai 69 berarti ada peningkatan 9,1.
b. Rekomendasi Siklus I
Hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas VIII-A beberapa siswa mencapai nilai sempurna, namun masih ada beberapa siswa yang mencapai rendah, (dibawah 60/ dibawah SKM). Perlu perbaikan dan penyempurnaan siklus berikutnya. Diadakan refleksi atas dasar hasil temuan di lapangan dan rekomendasi Siklus I.
Setelah data terkumpul, kemudian diadakan pengecekan apakah data yang terkumpul sudah lengkap sesuai dengan instrumen yang diajukan. Data tersebut terdiri dari hasil ulangan siswa selama dua siklus. Siklus II di bimbingan dan motivasi. Dari pengambilan data siswa kelas VII-A UPTD SMP Negeri 2 Puncu Kabupaten Kediri semester I tahun pelajaran 2009/2010 tersebut, Data menunjukkan hasil belajar Siklus I sesudah mendapat bimbingan dan motivasi mencapai rata-rata 78,1 dalam kategori baik, berarti ada peningkatan sebelum bimbingan dan motivasi mencapai 69.
Rendahnya nilai siswa diperlukan bimbingan dan motivasi berprestasi. Untuk selanjutnya siswa diberi soal tes berikutnya, Berikut ini data hasil belajar siswa pada Siklus II dapat dilihat pada tabel 3 berikut :
Tabel 3 Hasil Belajar Siklus II
Nilai Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas VIII-A
(sudah mendapat bimbingan dan motivasi)


Data di atas menunjukkan Hasil Belajar Siklus II mencapai rata­rata 83,8 meningkat dibanding Siklus I mencapai 78,1, berarti ada peningkatan sebesar 5,7.
c. Rekomendasi Siklus II
Berdasarkan hasil belajar Siklus I dan Siklus II, rekomendasi Siklus I, refleksi maka bimbingan dan motivasi baik untuk meningkat prestasi belajar siswa.

a. Pembahasan
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dari masing-masing siklus dirangkum dalam tabel 4 berikut ini.
Tabel 4 Hasil Belajar Siswa
No
Siklus
Nilai Rata-Rata
1
Siklus I
78,1
2
Siklus II
83,8
Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada Siklus I nilai rata-rata 78,1 pada Siklus II meningkat, nilai rata-rata Siklus II dibanding sebelum penelitian nilai rata-rata 69 berarti ada peningkatan dibanding Siklus II sebesar 14,8 cukup signifikan.
b. Refleksi
Dengan memperhatikan data hasil penelitian dan hasil belajar Siklus I dan Siklus II dibanding hasil belajar sebelum penelitian mencapai nilai rata­-rata 69, Siklus I 78,1, Siklus II mencapai rata-rata 83,8 maka ada peningkatan dibanding sebelum penelitian sebesar 14,8 cukup signifikan. Maka direkomendasikan bahwa bimbingan dan motivasi belajar baik untuk diterapkan pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VIII-A UPTD SMP Negeri 2 Puncu Kabupaten Kediri, Semester l, tahun pelajaran 2009/2010.












BAB V

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil belajar maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
• Bimbingan dan motivasi dapat meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa UPTD SMP Negeri 2 Puncu Kabupaten Kediri, sebelum penelitian rata-rata 69, Siklus I sesudah bimbingan dan motivasi nilai rata-rata 78,1 Siklus II 83,8.

Berdasarkan kesimpulan diatas maka disarankan :
• Agar prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VIII-A meningkat disarankan memberi bimbingan dan motivasi kepada siswa.










Budi Santoso, D. 2002. Media Pebinaan Pendidikan, Fa Dian Indah Pustaka, Surabaya.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, 2007, Bimbingan dan Penyuluhan, Depdikbud, Jakarta.
Djamarah, S.B. 2005, Prestasi Belajar dan Kompensiguna, Usaha Nasional, Surabaya..
Depdikbud, 2004, Bimbingan dan Penyuluhan SMP, Depdikbud, Jakarta.
Depdikbud, 2005, Pedoman Penilaian di SMP, Dirjen Dikdasmen, Jakarta.
Nasution, S, 2002, Metode Penelitian-Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Bandung. NDT; PPL, UNM Malang, 2003, Petunjuk Pelaksanaan PPL Keguruan IKIP Malang, Malang.
Sudirman, AM. 1988, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru, Rajawali Pers, Jakarta.
Sutijono, S, 2001, Media Pembinaan Pendidikan, Fa Dian Indah Pustaka, Surabaya.
Poerwadarminto, W.J.S. 1989. Kamus Umum Buhasa Indonesia, PN Balai Pustaka, Jakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar