BAB I
Sekolah sebagai salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal
mempunyai peranan yang amat penting dalam usaha mendewasakan anak dan
menjadikannya sebagai anggota masyarakat yang berguna. Hal ini berarti sekolah
turut pula bertanggung jawab tercapainya suatu tujuan, yang telah ditetapkan.
Perlu dipahami bahwa masing-masing individu memiliki karakter yang berbeda-beda
ada yang memiliki daya serap yang cepat ada yang sedang ada yang rendah. Karena
berbedaan inilah yang dapat menimbulkan masalah kesulitan belajar, sedang siswa
yang pandai akan jenuh apabila proses pembelajaran disamakan dengan yang lambat
belajar atau mengalami kesulitan belajar.
Oleh sebab itu agar proses belajar mengajar berjalan dan berhasil dengan
baik perlu mengadakan bimbingan belajar dan motivasi agar siswa terdorong untuk
melakukan kegiatan belajar dan penyesuaian diri terhadap lingkungan dimana
siswa berada, guru harus memahami semua siswa dalam satu kelas yang menjadi
tanggungjawabnya. Dengan memahami ciri, sifat dan kemampuan masing-masing
individu memudahkan guru dalam memberikan bimbingan dan motivasi belajar.
Belajar adalah inti dari kegiatan sekolah, maka guru berkewajiban untuk
membantu mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi siswa dengan cara memberikan
bimbingan yang sesuai kesulitan yang dihadapi oleh siswa yang bersangkutan. Ketercapaian
perkembangan siswa diperlukan tiga komponen pokok : 1) program kurikulum; 2) administrasi, 3) bimbingan belajar yang terarah.
Ketiga komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang integral.
Bimbingan di sekolah, sangat diperlukan guna membantu siswa dalam
mengatasi permasalahannya, dalam masalah belajar atau masalah pribadi siswa.
Bimbingan siswa harus memiliki prinsip dasar yang kuat sebagai landasan
pelaksanaannya, sehingga bimbingan dan motivasi belajar merupakan salah satu
program yang harus dilaksanakan di sekolah.
Sekolah merupakan salah satu sistem pendidikan, dihadapkan pada tugas
pokok untuk meningkatkan kehidupan yang lebih baik, kecerdasan, ketrampilan
serta budi pekerti yang luhur merupakan unsur daripada tujuan pendidikan di
sekolah. Kesulitan yang dialami oleh siswa mengakibatkan nilai Pendidikan
Kewarganegaraan di Kelas VIII-A UPTD SMP Negeri 2 Puncu Kabupaten Kediri kurang
memuaskan. Dalam hal ini guru berkewajiban untuk memberikan bimbingan dan
motivasi belajar pada kesulitan yang sangat mendasar.
Bimbingan dan motivasi belajar ini diberikan secara khusus oleh guru
kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar Pendidikan Kewarganegaraan, agar
mereka dapat mandiri, memiliki kepercayaan diri, sehingga lama kelamaan mereka
akan dapat memecahkan masalahnya sendiri.
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan : (1). Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam
menanggapi isu kewarganegaraan, (2). Berpartisipasi secara aktif dan
bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, serta antikorupsi, (3). Berkembang secara positif dan
demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat
Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya, (4).
Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung
atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Dengan berbagai kenyataan sosial dalam kehidupan sehari-hari yang
bersumber dari ilmu bumi, ekonomi, sejarah, antropologi, sosial dan tata
negara. Muncul kecenderungan terhadap nilai-nilai moral dan sikap dalam
pendidikan Pendidikan Kewarganegaraan, dewasa ini masih menempatkan arti
penting pengetahuan sebagai salah satu tujuan akhir. Muhamad, IT, dalam
Martorella dan Shaver, ( 2003 : 370 ), mengatakan bahwa " pengetahuan
adalah pabrik program Pendidikan Kewarganegaraan ". Dengan kata lain siswa
pada dasarnya adalah sebagai pembelajar aktif, bukan seperti botol kosong, guru
mengisinya dengan berbagai pengetahuan dan ketrampilan, tetapi siswa telah
memiliki pengalaman belajar sejak lahir yang lazim disebut konsep dasar atau
modalitas.
Tugas guru adalah menumbuh kembangkan modalitas siswa dengan bimbingan dan
motivasi belajar sebab kenyataan di lapangan nilai mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan selalu kurang memuaskan mencapai nilai rata-rata 68 (di bawah
standart ketuntasan minimal). Dengan rendahnya nilai tersebut berarti siswa
mengalami kesulitan belajar yang mendasar. Karena rendahnya prestasi belajar
ini merupakan salah satu indikasi bahwa siswa mengalami kesulitan belajar yang
serius.
Melihat harapan dan kenyataan di lapangan seperti itu, maka penulis
melakukan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul : " Peningkatan
Pemahaman Mata Pelajaran Pkn Kompetensi Dasar Menjelaskan
Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan Ideologi Negara Melalui Metode Bimbingan Dan Motivasi Pada Siswa Kelas VIII.A Semester I UPTD SMP Negeri 2 Puncu Semester 1 Tahun Pelajaran
2009 / 2010 Kabupaten Kediri ".
Dengan harapan dapat memberikan salah satu alternatif sebagai solusi dalam
upaya mengatasi kurang berhasilnya dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Kelas VIII-A UPTD SMP, yang selama ini dikeluhkan oleh berbagai
kalangan, baik orang tua, masyarakat, guru dan sekolah.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah Penelitian
Tindakan Kelas ( PTK ) ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah bimbingan dan motivasi
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa ?
2. Bagaimana bimbingan dan motivasi
siswa dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa ?
Bertolak dari rumusan masalah dalam penelitian ini maka tujuan Penelitian
Tindakan Kelas ( PTK ) di atas bertujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengatasi bahwa bimbingan
dan motivasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Untuk mengetahui cara memberi bimbingan
dan motivasi agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas maka hipotesis
tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah : " Bimbingan dan
motivasi dapat meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa UPTD
SMP Negeri 2 Puncu Kabupaten Kediri ".
Manfaat penelitian ini bermanfaat bagi siswa, guru, sekolah sebagai
berikut :
1. Bagi siswa, dengan menyadari akan kekurangan yang ada pada dirinya,
siswa akan berusaha semaksimal mungkin untuk memperbaiki segala kelemahan dan
kesulitan belajar yang dihadapi melalui bimbingan dan motivasi. Karena siswa
telah termotivasi maka mereka akan menggerakkan daya upaya untuk mencapai
prestasi belajar yang lebih baik.
2. Bagi guru, dengan menyadari kewajiban dan tanggung jawab dalam
membantu perkembangan siswa melalui kritik diri akan selalu berusaha
memperbaiki dan menyempurnakan proses pembelajaran, bimbingan dan motivasi
untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar, menemukan salah satu
alternatif dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa.
3. Bagi sekolah, memberikan masukan bagi sekolah untuk meningkatkan
kualitas dan hasil belajar siswa serta sebagai sarana pembelajaran untuk meningkatkan
kerjasama dan kreatifitas guru.
Bimbingan dan motivasi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa itu
banyak macamnya. Untuk menghindari uraian yang panjang lebar, dalam penelitian
tindakan ini penulis batasi pada " Peningkatan
Pemahaman Mata Pelajaran Pkn Kompetensi Dasar Menjelaskan
Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan Ideologi Negara Melalui Metode Bimbingan Dan Motivasi Pada Siswa Kelas VIII.A Semester I UPTD SMP Negeri 2 Puncu Semester 1 Tahun Pelajaran
2009 / 2010 Kabupaten Kediri ". Materi ini diambil dari Standar Kompetensi
Menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yang pada
kurikulum KTSP memuat 3 Kompetensi Dasar yaitu :
1.
Menjelaskan Pancasila
sebagai dasar negara dan ideologi negara
2.
Menguraikan
nilai-nilai
3.
Sikap positif
terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Dengan berdasarkan
pada latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan ruang lingkup penelitian
tindakan di atas beberapa istilah yang digunakan dijabarkan operasionalnya demi
kejelasan, ketegasan serta untuk menghindari salah pemahaman, salah pengertian
dalam menginterpretasikan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bimbingan merupakan suatu bantuan yang
diberikan oleh seorang kepada orang lain ( murid ) yang dirasa bermasalah
dengan harapan murid itu dapat menerima keadaan sehingga dapat mengatasi
masalahnya dan mengadakan penyesuaian diri terhadap lingkungan, baik lingkungan
keluarga, sekolah maupun masyarakat, HM, Arifin
(2002 : 4).
2. Motivasi merupakan dorongan yang ada dalam diri
siswa untuk menggerakkan daya upaya suatu aktivitas tertentu dalam rangka
mencapai suatu tujuan, Sukari Setijono, (2002
: 56). Motivasi ini tidak tumbuh dengan sendirinya tetapi butuh latihan dan dorongan.
3. Penelitian Tindakan adalah penelitian yang
dipusatkan pada analisis refleksi, terhadap apa yang aktual terjadi di dalam
kelas. Dalam hal ini adalah aktivitas guru, aktivitas siswa dan interaksi siswa-siswa,
guru-siswa dan bahan atau tugas-tugas pembelajaran yang digunakan yang teramati
selama pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berlangsung, Mc. Niff; ( 2002 ).
Tujuannya adalah untuk mengetahui, mengerti, mengkaji dan menemukan “makna” di balik realitas sosial yang terjadi
selama pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berlangsung di dalam kelas.
Berdasarkan makna yang terungkap kemudian disusun program tindakan "
Peningkatan Pemahaman Mata
Pelajaran Pkn Kompetensi Dasar Menjelaskan
Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan Ideologi Negara Melalui Metode Bimbingan Dan Motivasi Pada Siswa Kelas VIII.A Semester I UPTD SMP Negeri 2 Puncu Semester 1 Tahun Pelajaran
2009 / 2010 Kabupaten Kediri
".
4. Prestasi belajar adalah hasil yang telah
dicapai, melalui aktivitas yang dilakukan secara dasar untuk memperoleh
sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Prestasi belajar adalah hasil
yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri
individu sebagai hasil aktivitas dalam belajar. Prestasi belajar tidak dapat
diketahui tanpa diadakan penilaian ( W.J.S. Poerwadarminta, 1989 ). Penilaian
adalah suatu tindakan atau suatu prosentase menentukan nilai dari pada suatu
atau proses untuk menentukan nilai dari pada sesuatu, Wayan Nur Hasana, D.B, ( 2003
).
BAB II
a. Pengertian Bimbingan
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada murid dengan memperhatikan
murid itu sebagai individu dan makhluk sosial, serta memperhatikan adanya
perbedaan-perbedaan individu agar murid itu dapat membuat tahap seoptimal
mungkin dalam proses perkembangannya dan agar ia dapat menolong dirinya,
menganalisa dan menemukan masalah-masalah temuannya itu demi memajukan
kebahagiaan hidup terutama ditekankan pada kesejahteraan jiwa (mental),
Balitbang, (2008 : 2).
Menurut Pedoman PPL UMN Malang (2008), Bimbingan belajar siswa adalah
upaya mengenal, memahami dan menetapkan siswa yang mengalami kesulitan belajar
dengan kegiatan mengidentifikasi, mendiagnosa, memprognosa dan memberikan
pertimbangan pemecahan masalah.
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah
suatu proses pemberian bantuan yang ditujukan kepada individu atau kelompok
siswa agar yang bersangkutan dapat mengenali dirinya sendiri, baik kemampuan
yang dimilikinya maupun kelemahannya agar selanjutnya dapat mengambil keputusan
dan dapat bertanggung jawab dalam menentukan jalan hidupnya atau memecahkan
sendiri kesulitan yang dihadapi serta dapat memahami lingkungannya, secara
tepat sehingga dapat memperoleh kebahagiaan hidupnya.
■ Langkah-langkah bimbingan belajar
1. Mengenal siswa yang mendapat
kesulitan belajar dengan menggunakan norma atau ukuran kriteria tertentu.
2. Mencari sebab-sebab siswa mendapat
kesulitan.
3. Mencari usaha untuk membantu
memecahkan kesulitan-kesulitan itu.
4. Mengadakan pencegahan supaya
kesulitan yang dialami seseorang tidak menular kepada yang lain, Sutijono, S. (2004
: 49).
Jika permasalahan siswa tidak segera ditemukan solusinya, siswa akan
mengalami kegagalan atau kesulitan belajar yang dapat mengakibatkan rendah
prestasinya/tidak lulus, rendahnya prestasi belajar, minat belajar atau tidak
dapat melanjutkan belajar, S. Sucitae, (2002 : 2).
Langkah-langkah yang ditempuh untuk menjamin keberhasilan belajar adalah :
1) Identifikasi Masalah Siswa
Identifkasi masalah siswa adalah untuk
menentukan siswa yang mengalami kesulitan belajar yang sangat memerlukan
bantuan. Langkah ini "sangat mendasar sekali" dan merupakan awal
kegiatan bimbingan terhadap siswa yang bermasalah, untuk menentukan masalah
yang dialaminya.
Dalam bimbingan belajar siswa, masalah
yang terjadi dijaga, kerahasiaannya. Dikandung maksud agar siswa yang mengalami
permasalahan tidak terbebani, tidak ragu dan tanpa rasa takut mengungkapkan
permasalahannya dengan jujur. Metode pengumpulan data melalui observasi,
wawancara, instrumen.
2) Diagnosa
Diagnosa dilakukan dalam bimbingan
belajar, diartikan sebagai rumusan-rumusan masalah siswa, jenis kesulitan serta
latar belakang kesulitan dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, serta
kesulitan belajar atau masalah yang mengganggu aktivitasnya sehari-hari,
sehingga mempengaruhi belajarnya.
3) Prognosa
Prognosa merupakan kegiatan
memperkirakan permasalahan, apabila siswa yang mengalami kesulitan belajar
tidak segera mendapat bantuan. Bertujuan untuk menentukan bantuan yang dapat
diberikan kepadanya.
4) Pemberian Bantuan
Bantuan yang diberikan dengan
menggunakan pengarahan, motivasi, belajar. Cara mengatasi masalah kesulitan belajar
melalui latihan-latihan dan tugas baik individu maupun kelompok, secara rutin.
5) Tindak Lanjut (follow up)
Tindak lanjut kegiatan bimbingan
belajar, untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan atau ketidakberhasilan,
usaha-usaha memberikan bantuan pemecahan masalah yang telah diberikan.
b. Fungsi Bimbingan Belajar
1) Fungsi Koratif
Tindak
lanjut dari bimbingan belajar adalah merupakan usaha memperbaiki
kekurangtepatan yang sebelumnya dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran
di kelas antara lain "kekurangan dalam merumuskan tujuan, dalam menggunakan
metode, dalam menggunakan media (alat bantu mengajar) pemilihan bahan dan
materi pelajaran dalam menyusun evaluasi dan pengelolaan pelajaran.
2) Fungsi Penyesuaian
Bimbingan belajar adalah salah satu
motivasi ekstrinsik agar siswa menyesuaikan diri dengan situasi belajar di
kelas. Siswa dapat belajar sesuai dengan kondisi pribadinya, sehingga ia
memiliki peluang yang besar untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik.
3) Fungsi Akselerasi
Siswa yang lambat belajar dapat
ditingkatkan kecepatan belajarnya melalui program bimbingan belajar, karena
bahan, materi, waktu yang disediakan telah disesuaikan dengan kesulitan yang
dialami siswa.
4) Fungsi Terapi
Langsung atau tidak langsung pemberian
bimbingan belajar sedikit demi sedikit menyembuhkan atau memperbaiki kondisi
kepribadian siswa yang menunjukkan adanya penyimpangan tingkah laku belajar.
Pentingnya pemberian bimbingan belajar dapat dilihat dari berbagai segi,
kenyataan menunjukkan bahwa masih ada siswa dalam satu kelas yang prestasi
belajarnya rendah jauh dibawah prestasi belajar rata-rata kelas.
Dari segi guru bahwa guru memiliki
tanggung jawab atas keberhasilan siswa seluruh kelas, atau tanggung jawab atas
tercapainya tujuan pembelajaran yang telah diterapkan.
c. Teknik Pemberian Bimbingan
Ada beberapa teknik pemberian bimbingan
belajar Pendidikan Kewarganegaraan antara lain :
1) Bimbingan individual, diberikan
kepada beberapa siswa yang mengalami kesulitan belajar yang berbeda-beda dengan
cara memberikan bimbingan secara langsung berupa latihan atau penugasan secara individu.
2) Bimbingan Kelompok
a. Bimbingan kelompok kecil
Bimbingan kelompok kecil antara (2-5)
siswa, bantuan ini berupa kelompok kecil. Dengan cara latihan kelompok atau
tugas kelompok salah satu teman yang pandai menjadi tutor sebaya.
b. Bimbingan kelompok besar, terdiri
dari 6-10 siswa peranan guru sebagai motivator, yang membimbing sekelompok
siswa aktif belajar. Dalam kegiatan ini guru menciptakan situasi agar diskusi
terjadi. Sehingga semua anggota kelompok dapat ikut aktif dalam diskusi,
sehingga semua anggota kelompok dapat ikut aktif dalam diskusi.
Materi dapat berupa latihan atau penugasan
yang terkait dengan materi Pendidikan Kewarganegaraan. Guru berkewajiban untuk
memberikan bimbingan dan bantuan khusus kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar
mampu mengatasi kesulitannya sendiri dengan baik. Adapun langkah yang harus
ditempuh telah diuraikan "di depan" (Identifikasi masalah siswa,
diagnosa prognosa, pemberian bantuan, follow up (tindak lanjut). Pada intinya
belajar itu dipengaruhi 2 faktor : 1) faktor intrinsik dan 2) faktor
ekstrinsik.
1) Pengaruh intrinsik
Kemungkinan kondisi siswa pada waktu
mengerjakan tugas, tidak belajar, kelelahan kurang tidur dan lain sebagainya.
2) Pengaruh ekstrinsik
a) Materi Pendidikan Kewarganegaraan
diberikan guru terlalu mudah atau terlalu sulit, sebab materi yang terlalu
mudah membuat siswa tidak respon (tidak tertantang) karena bosan dapat
berakibat frustasi, apabila materi terlalu sulit.
b) Kemungkinan kegiatan pembelajaran kurang efektif dan menarik sehingga
siswa tidak termotivasi untuk belajar. Dari dua pengaruh di atas siswa
mengalami kesulitan belajar.
1. Pengertian Motivasi
Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat "upaya"
yang tinggi untuk tujuan-tujuan tertentu yang dikondisikan oleh kemampuan upaya
itu untuk memenuh kebutuhan individu.
Unsur "upaya" merupakan ukuran
intensitas, bila seseorang termotivasi, akan mencoba sekuat tenaga dan pikiran
untuk belajar lebih baik.
Menurut W.J.S. Poerwadarminta (1989 : 655) dikatakan kata motivasi
ditinjau dari bahasa dapat diartikan sebagai daya pengarah untuk melakukan
sesuatu, demi tercapainya tujuan.
Sedangkan Sukarni Sitiyono, (2002 : 56) mengatakan bahwa
"motivasi" merupakan, suatu dorongan yang ada dalam diri siswa
(individu) untuk menggerakkan suatu aktivitas tertentu dalam rangka mencapai
tujuan.
Tujuan yang dimaksud adalah prestasi belajar siswa meningkat, untuk
meningkatkan prestasi belajar itu guru harus mampu menciptakan suasana kelas
yang kondusif taat ruang yang menyenangkan kreatif dan pembelajaran serta
menciptakan kedisiplinan. Sebab kedisiplinan merupakan "kata kunci"
untuk mencapai suatu keberhasilan utamanya disiplin waktu. Siswa dibiasakan
hidup disiplin, teratur lalu tanggung jawab baik di rumah maupun di sekolah.
Disiplin dalam mengerjakan tugas dapat tepat waktu sesuai yang telah
ditentukan. Dengan demikian motivasi itu akan timbul yang akhirnya secara sadar
akan terbiasa. Sebab motivasi itu bukan dibawa sejak lahir tetapi perlu
dibentuk dilatih, ditimbulkan, dibimbing, dan didorong, agar siswa termotivasi
untuk belajar.
2. Macam-Macam Motivasi
Motivasi ada dua macam yaitu, motivasi
a) intrinsik dan b) motivasi ekstrinsik.
a) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi dari
dalam. Karena dalam diri siswa sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu, maka
yang dimaksud motivasi intrinsik dorongan dari dalam diri siswa ingin mencapai
suatu tujuan dalam suatu pembelajaran.
b) Motivasi ekstrinsik
Motivasi dari luar adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena
adanya perangsang dari luar dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang
didalamnya, aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan rangsangan
dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar
Dengan kata lain motivasi dapat diartikan sebagai daya upaya seseorang
untuk melakukan sesuatu. Motif dapat diartikan sebagai daya upaya seseorang
untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari
dalam.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
a) Situasi rumah
Ciptakan situasi rumah tangga yang
harmonis jangan ada perselisihan diantara anggota keluarga, ciptakan suasana
keluarga yang kondusif, sehingga siswa termotivasi untuk belajar.
b) Sarana belajar
Orang tua hendak memperhatikan sarana
belajar baik berupa buku, alat tulis, dan lain sebagainya. Sarana belajar
hendaknya tersedia, dengan lengkap dan dalam keadaan baik. Artinya sarana
belajar itu tidak hanya dilihat ada tidaknya, namun masih layak dipakai atau
tidak, Budi Santoso, D. (2002 : 52).
c) Kesempatan Belajar
Kesempatan belajar yang dimaksud adalah
penyediaan waktu yang cukup dalam suasana damai, tenteram, dalam suasana
keluarga yang kondusif.
d) Pengawasan orang tua
Pengawasan kepada anak-anak itu penting
sekali untuk menimbulkan kecenderungan gemar belajar, karena ada perhatian
orang tua kepada anaknya. Pengawasan tersebut tidak berarti menghambat anak
belajar atau menekan cara belajar, tetapi bersifat mendorong anak untuk belajar
sendiri.
4. Keadaan di Sekolah
Ada sepuluh sikap baik yang disukai Siswa
:
a. Suka menolong pekerjaan sekolah
dan menerangkan pelajaran dengan jelas dan mendalam serta menggunakan
contoh-contoh yang baik dalam pengajaran.
b. Periang dan gembira, memiliki
perasaan humor dan suka menerima lelucon.
c. Bersikap bersahabat, merasa
sebagai seorang guru dalam kelompok kelas.
d. Menaruh perhatian dan memahami
muridnya.
e. Berusaha agar tampil menarik dapat
membangkitkan keinginan dapat membangkitkan keinginan bekerjasama dengan murid.
f. Tugas sanggup menguasai kelas dan dapat membangkitkan rasa hormat pada
anak didik.
g. Tidak ada yang lebih disenangi dan
pilih kasih.
h. Tidak suka mengomel dan mencela.
i. Anak didik merasakan benar-benar
merasakan bahwa ia mendapat sesuatu dari guru.
j. Mempunyai pribadi yang dapat
diambil contoh dari murid dan masyarakat lingkungan.
Profil guru yang ideal adalah mereka mengabdikan diri berdasarkan hati
nurani bukan tuntutan material oriented yang membatasi tugas dan tanggung jawab
mereka sebatas dinding sekolah atau dengan kata lain sekedar mencari nafkah. Guru
mau dan mampu memberi bimbingan, motivasi belajar.
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan diciptakan
baik secara individu atau kelompok. Prestasi dapat diperoleh melalui perjuangan
W.J.S. Poerwadarminta, 1989 berpendapat bahwa "prestasi" adalah hasil yang telah dicapai. Sedangkan belajar
adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah
kesan dari bahan yang telah dipelajari. Sudirman, AM, (2008) mengemukakan suatu
rumusan bahwa belajar sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga psikopisik menuju
perkembangan pribadi.
Dari beberapa pendapat para ahli pada dasarnya ada kesamaan dan dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang diperoleh berupa
kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil
belajar. Menurut Imam Nurhidayat Copo (2006 : 52) mengatakan yang dapat
menghambat prestasi belajar adalah sebagai berikut :
1. Intelegensi yang rendah.
2. Siswa UPTD SMP pada umumnya
mereka masih mengutamakan bermain-main dengan teman daripada belajar.
3. Mungkin guru kurang pandai menumbuhkan waktu
yang baik.
4. Siswa bisa memilih atau menggunakan waktu
yang baik.
5. Para siswa
belum bisa menggunakan teknik yang baik untuk belajar secara efektif dan
efisien.
6. Mungkin orang tua yang kurang memperhatikan
terhadap prestasi belajar anaknya.
7. Lemahnya semangat belajar karena
tidak memiliki cita-cita.
8. Kadang-kadang anak bandel masa
bodoh dan kebal peringatan.
9. Tidak mau belajar secara kelompok,
terlalu percaya diri, ternyata masih tertinggal dengan teman-temannya.
10. Lingkungan belajar yang kurang
baik.
11. Kondisi jiwa anak tidak stabil.
Setelah mengetahui faktor-faktor yang menghambat keberhasilan belajar,
cara-cara untuk meraih keberhasilan antara lain sebagai berikut :
1. Pendisiplinan
Setiap siswa hendaknya disiplin waktu
artinya pandai membagi waktu. Apabila ada tugas dari guru harus segera
dikerjakan, siswa yang tidak disiplin waktu bisa saja kesuksesan tertunda dan
lain sebagainya.
2. Pandai memanfaatkan fasilitas
Siswa yang kreatif sudah dapat
mengerjakan tugas sebelum diajarkan oleh guru karena siswa belajar dari Internet,
media masa, media elektronika, radio, ensiklopedia dan lain sebagainya.
3. Membentuk kelompok diskusi
Dalam diskusi peran serta siswa diharap
semua aktif, baik menjadi penanya atau penjawab. Untuk mengembangkan kemampuan
berkomunikasi, terjadi interaksi siswa-siswa dan guru-siswa.
4. Perlu motivasi
Pada dasarnya hambatan yang ditemui
seorang yang sedang belajar adalah menyangkut teknik cara belajar pendorong
belajar berupa motivasi.
5. Jangan malu bertanya
Pada umumnya malu bertanya adalah
penyakit dalam belajar, karena hal ini tidak menguntungkan.
Pengembangan bahan kajian dalam penyusunan kurikulum KTSP untuk mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, berdasarkan pada kenyataan-kenyataan yang
ada berkaitan dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi dengan
perubahan-perubahan sosial budaya. Sehubungan dengan itu ciri khas kurikulum
tingkat satuan pendidikan khususnya untuk mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan adalah memiliki lulusan dalam mengembangkan materi pelajaran dan
pengaturan waktu.
Keadaan memungkinkan para pengajar untuk mengembangkan bahan kajian
tertentu dengan memasukkan peristiwa-peristiwa yang tengah berlangsung yang
berkaitan dengan lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi, dan pemerintahan tanpa
mengurangi tuntutan minimal bahan kajian yang ada dalam silabus. Dengan
demikian sasaran pembelajaran sebagaimana yang disyaratkan oleh kurikulum dapat
tercapai dan siswa memiliki wawasan yang lebih luas tentang berbagai peristiwa
yang terjadi serta memahami kaitan antara masa lampau sekarang dan akan datang.
1. Pengertian
Ideologi
Semua warga negara mempunyai Ideologi, termasuk negara kita,
mempunyai ideologi yang disebut Pancasila. Ideologi sangat penting bagi suatu
negara untuk mengantarkan bangsa tersebut menuju kehidupan yang di
cita-citakan. Ideologi berisi tentang ajaran-ajaran yang harus dilakukan / yang
harus dimiliki agar bangsa tersebut mengetahui arah perjuangan yang
dituju,meyakini kebenaran nilai-nilai yang telah di miliki itu untuk menuju
cita-citanya.Sehingga bangsa tersebut tidak terobang – ambing di tengah
perjalanan karena adanya pengaruh dari luar yang ingin membelokkan perjalanan
bangsa itu, yang pada akhirnya perjalanan bangsa selamat sampai pada tujuan.
Ideologi adalah suatu
rangkaian atau kesatuan pemikiran yang menyeluruh dan mendasar yang telah
diyakini kebenarannya, yang tersusun secara sistematis, yang mendidik,
mengarahkan, memberikan bekal serta petunjuk menuju pada kehidupan yang
dicita-citakannya.
Pentingnya Ideologi bagi suatu negara bisa dilihat dari
fungsinya ideologi itu sendiri :
1.
Membentuk Identitas
atau ciri khas kelompok / Bangsa
2.
Mempersatukan
sekelompok bangsa yang terdiri atas berbagai macam suku,budaya,adat,agama dsb
3.
Mengatasi berbagai
perbedaan berbagai konflik / pertentangan bangsa sebagai pembentuk solidaritas
/ rasa kebersamaan.
Dasar Negara :
Dasar Negara
adalah dasar atau pondasi bagi berdirinya suatu negara. Pancasila sebagai dasar
negara artinya Pancasila digunakan sebagai dasar dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara. Dasar Negara yang
kokoh apabila nilai-nilai sosial budaya yang tumbuh dan berkembang pada
masyarakat Indonesia sendiri. Maka Pancasila merupakan ciri khas bangsa
Indonesia yang tidak dimiliki bangsa – bangsa lain di dunia, sehingga dapat
diambil kesimpulan bahwa Pancasila mempunyai banyak fungsi yang sering disebut
: Sebagai Ideologi Negara, pandangan hidup bangsa, Falsafah hidup bangsa
Indonesia, Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, Dasar Negara, dan Sumber dari
segala sumber hukum. Bangsa Indonesia harus menghindari sistem pemerintahan
otoriter yang memasung hak-hak warga negara untuk menjalankan prinsip-prinsip
demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kehidupan
yang demokratis di dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat, pemerintahan, dan organisasi-organisasi non-pemerintahan perlu
dikenal, dipahami, diinternalisasi, dan diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan
prinsip-prinsip demokrasi. Selain itu,
perlu pula ditanamkan kesadaran bela negara, penghargaan terhadap hak azasi
manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, tanggung jawab
sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, serta sikap dan perilaku
anti korupsi, kolusi, dan nepotisme.
2.
Fungsi
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang
cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
3.
Tujuan
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut, (1). Berpikir secara kritis,
rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, (2). Berpartisipasi
secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta antikorupsi, (3). Berkembang
secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesia
agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya, (4). Berinteraksi dengan
bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
4. Ruang
lingkup materi
Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup
rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia,
Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam
pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Keterbukaan dan jaminan keadilan.
2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib
dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di
masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan
internasional.
3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban
anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan
internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM .
4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong
royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi,
Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri,
Persamaan kedudukan warga negara.
Dalam buku The Process of Parenting, Brooks (2001)
mengatakan bahwa kesulitan belajar itu sukar didefinisikan dengan tepat. Menurutnya
secara umum kesulitan belajar diartikan sebagai kekurangan dalam proses,
belajar yang mendasar, misalnya siswa kurang memperoleh motivasi belajar, baik
dari dalam dirinya maupun dari guru, orang tua atau lingkungannya.
Sedangkan Ahmadi dan
Supriyono, (2001) memaparkan bahwa kemampuan belajar setiap individu siswa
tidak sama, ada yang cepat ada yang lambat menangkap isi pelajaran. Perbedaan
individual itulah yang menyebabkan timbulnya perbedaan mestinya hal seperti itu
disebut dengan tingkah laku belajar sebagaimana kesulitan belajar.
Dalam kaitannya dengan belajar Pendidikan
Kewarganegaraan dapat dikatakan kesulitan belajar Pendidikan Kewarganegaraan
yang dihadapi siswa, sehingga mereka tidak dapat memanfaatkan siswa, sehingga
mereka tidak dapat memanfaatkan kemampuan dirinya secara optimal untuk
menguasai materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Oleh sebab itu guru
seharusnya memandang kesulitan belajar.
Dengan cara pandang
demikian itu, upaya guru dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar Pendidikan
Kewarganegaraan, sekaligus dapat difungsikan untuk memantapkan penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dipelajarinya. Untuk
mengetahui siswa yang mengalami kesulitan belajar Pendidikan Kewarganegaraan
salah satu cara ialah dengan melihat (observasi) nilai ulangan Pendidikan
Kewarganegaraan siswa dalam satu kelas, kemudian dibandingkan dengan nilai
rata-rata kelas.
Hasil ulangan siswa
dianalisa untuk dicari jenis kesalahan yang dilakukan siswa, untuk menentukan
jenis bantuan yang diperlukan siswa dalam membantu mengatasi masalah kesulitan
belajar yaitu pengaruh
(a) faktor internal dan (b) faktor eksternal (William
Burton).
a) Faktor Internal
1) Masalah pergaulan
- Karena keadaan jiwa anak mempunyai sifat
pemalu.
- Emosi tidak seimbang.
- Perasaan tidak aman, anak tidak senang tinggal
di sekolah dan di rumah tetapi tidak tahu mengapa demikian.
- Sulit menyesuaikan diri dengan
orang lain.
2) Masalah Pelajaran
- Kurang bisa membagi waktu.
- Kurangnya semangat belajar (tidak ada minat belajar).
- Sukar memusatkan perhatian waktu belajar.
3) Kemampuan Dasar intelektual
Kemampuan dasar yang rendah dapat
menyebabkan kegagalan dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Garedner
dalam Thomas Astrong (2000) mengatakan ada delapan kecerdasan yang dimiliki
oleh setiap manusia yang disebut dengan multiple intelligences (kecerdasan
majemuk), meliputi :
(l) kecerdasan
linguistik, kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik lisan-maupun
tertulis;
(2) kecerdasan
matematis logis, kemampuan menggunakan angka dengan baik dan melakukan
penalaran yang benar;
(3) kecerdasan
spasial, kemampuan membayangkan, mempresentasikan ide secara visual spasial dan
mengorientasikan diri secara tepat dalam matrik spasial;
(4) kecerdasan
kinestetis jasmani, keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan
ide dan perasaan dan ketrampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau
mengubah sesuatu;
(5) kecerdasan musical,
kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal dengan cara mempersepsi, membedakan
mengubah dan mengekspresikan;
(6) kecerdasan interpersonal, kemampuan mempersepsi dan
membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain;
(7) kecerdasan intraprosonal, kemampuan memahami diri
secara akurat, kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, temperamen,
keinginan, kemampuan berdisiplin diri, memahami dan menghargai diri;
(8) kecerdasan
natmalis, kecerdasan ini meliputi kepekaan pada fenomena alam lainnya.
Kedelapan kecerdasan tersebut berfungsi bersamaan dengan cara yang
berbeda-beda pada diri setiap orang. Bobbi De Porter dan Mike Hernachi membagi
otak manusia menjadi tiga bagian dasar yaitu (1) batang otak atau otak reptil,
(2) systim limbic atau otak mamalia dan (3) neokorteks.
Otak reptil berkaitan dengan inoting mempertahankan
hidup, dorongan untuk mengembangkan spesies. Perhatiannya adalah pada makanan,
tempat tinggal, reproduksi dan perlindungan wilayah. Otak limbic berkaitan dengan kecerdasan. Berfungsi mengatur
pesan-pesan yang diterima melalui penglihatan pendengaran dan sensasi tubuh,
proses yang berasal dari pengaturan ini adalah Junolaron, berpikir secara
intelektual, pembuatan keputusan, perilaku, bahasa kendali motorik dasar dan
ideasi (penciptaan gagasan non verbal).
b) Faktor Eksternal
1. Tempat belajar yang tidak
menyenangkan.
2. Metode pembelajaran guru yang kurang
menarik.
3. Keadaan keluarga dan lingkungan
sekitar.
BAB III
Penelitian ini menggunakan Rancangan Penelitian Tindakan (action research) berdasarkan pendekatan
naturalistik-kualitatif. Pendekatan ini memandang kenyataan sebagai suatu yang
berdimensi jamak utuh dan merupakan satu kesatuan.
Karena itu tidak mungkin disusun rancangan penelitian yang terinci.
Rancangan penelitian berlangsung selama proses penelitian berlangsung. Peneliti
dan obyek yang diteliti saling berinteraksi yang proses penelitiannya dilakukan
oleh peneliti, dan berfungsi sebagai alat penelitian. Dengan perkataan lain
dalam penelitian ini tidak ada alat penelitian yang baku yang telah disiapkan
sebelumnya.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan di atas peneliti menggunakan jenis
penelitian tindakan (action research).
Bimbingan dan motivasi untuk meningkatkan prestasi belajar Pendidikan
Kewarganegaraan siswa Kelas VIII-A UPTD SMP Negeri 2 Puncu Kabupaten Kediri, semester I tahun pelajaran 2009/2010.
Dengan perkataan lain penerapan penelitian tindakan di dalam kelas
diharapkan mampu mendorong guru memiliki kesadaran diri melakukan refleksi diri
atau kritik diri terhadap aktivitas pembelajaran yang diselenggarakan, (MC. Niff;
2002, Hopkind, 2005). Yaitu guru-siswa proses pembelajaran selama pembelajaran
berlangsung. Kemudian dijadikan bahan dasar refleksi diri dalam penyusunan
rencana tindakan yang akan dilakukan.
Kegiatan ini dilakukan dengan mengikuti
alur pokok yaitu :
1. Refleksi awal.
2. Perencanaan Tindakan.
3. Pelaksanaan Tindakan dan pengamatan.
4. Refleksi.
Kehadiran peneliti dan praktisi, menerapkan berbagai teori dan teknik
pembelajaran yang relevan dan kreatif. Dalam proses pembelajaran berlangsung peneliti
mencatat temuan-temuan dalam pengamatan yang dipakai sebagai dasar refleksi
atas apa yang terjadi pada tahap pelaksanaan. Hasil refleksi, melandasi upaya
perbaikan dan penyempurnaan rencana tindakan selanjutnya. Melalui tahapan-tahapan
sampai tujuan pembelajaran berhasil.
Lokasi adalah lokasi situasi sosial terdiri dari tempat, pelaku, dan
kegiatan (Nasution;S. 2002). Lokasi yang dimaksud meliputi :
1) Aspek tempat ialah lokasi dimana
proses pembelajaran berlangsung yaitu Kelas VIII-A UPTD SMP Negeri 2 Puncu Kabupaten
Kediri.
2) Aspek pelaku, ialah peneliti, guru
dan siswa Kelas VIII-A yang terlibat dalam interaksi pembelajaran.
3) Aspek kegiatan ialah bimbingan dan
motivasi uintuk meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas
VIII-A UPTD SMP Negeri 2 Puncu Kabupaten Kediri semester I, tahun pelajaran 2009/2010
pada Kompetensi Dasar Menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara
dan ideologi negara.
Sumber data yaitu berupa subyek penelitian yang dapat memberikan informasi
yang dapat membantu perluasan teori (Bagdan and Biklen, 2004). Sumber data
dalam penelitian ini adalah guru dan siswa Kelas VIII-A UPTD SMP Negeri 2 Puncu
Kabupaten Kediri dalam bimbingan dan motivasi untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa.
Data penelitian dihimpun berupa :
1. Studi dokumentasi melihat hasil ulangan tahun pelajaran 2009/2010,
dipergunakan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa ada peningkatan
atau merosot dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Observasi yaitu pengamatan
langsung pada proses pembelajaran diskusi maupun evaluasi bimbingan dan
motivasi. Dalam observasi kecermatan, kemampuan fisik pengamatan, menggunakan
alat pencatat.
3. Catatan lapangan.
Hasil dan Siklus I dilakukan refleksi dan rekomendasi hasil temuan untuk
dijadikan bahan penyempurnaan pada penerapan Siklus II dan seterusnya sampai
hasil belajar dan proses pembelajaran mencapai sesuatu dengan tujuan.
Analisa data dilakukan secara diskriptif kualitatif berdasarkan hasil
observasi dengan bimbingan dan motivasi belajar dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1) Melakukan reduksi yaitu mengecek
dan mencatat kembali data-data yang telah terkumpul.
2) Melakukan interpretasi, yaitu
menafsirkan yang diwujudkan dalam bentuk pernyataan.
3) Melakukan inferensi yaitu
menyimpulkan, apakah dalam pembelajaran ada peningkatan prestasi belajar
dibanding sebelum penelitian.
4) Tahap tindak lanjut, yaitu merumuskan
langkah-langkah perbaikan siklus berikutnya atau dalam pelaksanaan di lapangan
setelah siklus berakhir berdasarkan informasi yang telah ditetapkan.
Pengambilan
kesimpulan berdasarkan analisis hasil observasi dalam bentuk interpretasi dalam
bentuk pernyataan. Dalam kegiatan analisis data menggunakan metode pengolahan
data dengan rumus :
Keterangan :
P = Prosentase
F = Frekuensi dari jawaban alternatif jawaban
yang berhubungan dengan masalah yang ditanyakan.
N = Jumlah seluruh responden yang menjawab pertanyaan-
pertanyaan tertentu.
Secara garis besar
sebagai ilustrasi untuk mendapatkan gambaran yang jelas maka hasil angkut
dijumlah. Kemudian diolah berdasarkan rumus prosentase. Besar kecilnya nilai
prosentase tersebut diadakan rekapitulasi data untuk ditentukan rata-rata kelas
berdasarkan prosentase data.
BAB IV
a. Pengumpulan Data
Setelah data terkumpul, kemudian diadakan pengecekan apakah data yang terkumpul
sudah lengkap sesuai dengan instrumen yang diajukan. Data tersebut terdiri dari
hasil ulangan siswa selama dua siklus. Siklus I di bimbingan dan motivasi.
Siklus II sudah mendapat bimbingan dan motivasi dari guru, data dokumentasi
rata-rata "sebelum" bimbingan dan motivasi agar lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1
Rekapitulasi
Pengumpulan Data
No.
|
Responden
|
Jml.
|
Instrument
|
Ket.
|
||
Angket
|
Evaluasi
|
Observasi
|
||||
1.
2.
|
Siswa
Guru
|
42
1
|
42
1
|
84
2
|
1
1
|
|
|
Jumlah
|
43
|
43
|
86
|
2
|
|
Observasi dokumentasi buku daftar
nilai rata-rata kelas nilai Pendidikan Kewarganegaraan = 69.
“Sebelum
diadakan bimbingan motivasi."
Tabel .2 Hasil Belajar Siklus I
Nilai Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas VIII-A
(sudah
mendapat bimbingan dan motivasi)
Data menunjukkan
hasil belajar Siklus I sesudah mendapat bimbingan dan motivasi mencapai
rata-rata 78,1 dalam kategori baik, berarti ada peningkatan sebelum bimbingan
dan motivasi mencapai 69 berarti ada peningkatan 9,1.
b.
Rekomendasi Siklus I
Hasil belajar Pendidikan
Kewarganegaraan siswa Kelas VIII-A beberapa siswa mencapai nilai sempurna, namun
masih ada beberapa siswa yang mencapai rendah, (dibawah 60/ dibawah SKM). Perlu
perbaikan dan penyempurnaan siklus berikutnya. Diadakan refleksi atas dasar
hasil temuan di lapangan dan rekomendasi Siklus I.
Setelah data
terkumpul, kemudian diadakan pengecekan apakah data yang terkumpul sudah
lengkap sesuai dengan instrumen yang diajukan. Data tersebut terdiri dari hasil
ulangan siswa selama dua siklus. Siklus II di bimbingan dan motivasi. Dari
pengambilan data siswa kelas VII-A UPTD SMP Negeri 2 Puncu Kabupaten Kediri
semester I tahun pelajaran 2009/2010 tersebut, Data menunjukkan hasil belajar
Siklus I sesudah mendapat bimbingan dan motivasi mencapai rata-rata 78,1 dalam
kategori baik, berarti ada peningkatan sebelum bimbingan dan motivasi mencapai
69.
Rendahnya nilai siswa
diperlukan bimbingan dan motivasi berprestasi. Untuk selanjutnya siswa diberi
soal tes berikutnya, Berikut ini data hasil belajar siswa pada Siklus II dapat
dilihat pada tabel 3 berikut :
Tabel 3 Hasil Belajar Siklus II
Nilai Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas VIII-A
(sudah
mendapat bimbingan dan motivasi)
Data di atas menunjukkan Hasil Belajar Siklus II mencapai ratarata 83,8 meningkat dibanding Siklus I mencapai 78,1, berarti ada peningkatan sebesar 5,7.
c. Rekomendasi Siklus II
Berdasarkan hasil belajar Siklus I dan Siklus II, rekomendasi Siklus I,
refleksi maka bimbingan dan motivasi baik untuk meningkat prestasi belajar
siswa.
a. Pembahasan
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dari masing-masing siklus
dirangkum dalam tabel 4 berikut ini.
Tabel 4 Hasil
Belajar Siswa
No
|
Siklus
|
Nilai Rata-Rata
|
1
|
Siklus I
|
78,1
|
2
|
Siklus II
|
83,8
|
Tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa pada Siklus I nilai rata-rata 78,1 pada Siklus II meningkat, nilai
rata-rata Siklus II dibanding sebelum penelitian nilai rata-rata 69 berarti ada
peningkatan dibanding Siklus II sebesar 14,8 cukup signifikan.
b. Refleksi
Dengan memperhatikan
data hasil penelitian dan hasil belajar Siklus I dan Siklus II dibanding hasil
belajar sebelum penelitian mencapai nilai rata-rata 69, Siklus I 78,1, Siklus
II mencapai rata-rata 83,8 maka ada peningkatan dibanding sebelum penelitian
sebesar 14,8 cukup signifikan. Maka direkomendasikan bahwa bimbingan dan
motivasi belajar baik untuk diterapkan pada pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Kelas VIII-A UPTD SMP Negeri 2 Puncu Kabupaten Kediri, Semester
l, tahun pelajaran 2009/2010.
BAB V
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil belajar maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
• Bimbingan dan
motivasi dapat meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa UPTD
SMP Negeri 2 Puncu Kabupaten Kediri, sebelum penelitian rata-rata 69, Siklus I
sesudah bimbingan dan motivasi nilai rata-rata 78,1 Siklus II 83,8.
Berdasarkan kesimpulan diatas maka
disarankan :
• Agar prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VIII-A meningkat
disarankan memberi bimbingan dan motivasi kepada siswa.
Budi Santoso, D. 2002. Media Pebinaan Pendidikan, Fa Dian Indah
Pustaka, Surabaya.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan dan Kebudayaan, 2007, Bimbingan
dan Penyuluhan, Depdikbud, Jakarta.
Djamarah, S.B. 2005, Prestasi Belajar dan Kompensiguna, Usaha
Nasional, Surabaya..
Depdikbud, 2004, Bimbingan dan Penyuluhan SMP, Depdikbud, Jakarta.
Depdikbud, 2005, Pedoman Penilaian di SMP, Dirjen Dikdasmen, Jakarta.
Nasution, S, 2002, Metode
Penelitian-Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Bandung . NDT; PPL, UNM Malang ,
2003, Petunjuk Pelaksanaan PPL Keguruan IKIP Malang ,
Malang .
Sudirman, AM. 1988, Interaksi
dan Motivasi
Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru, Rajawali Pers, Jakarta .
Sutijono, S, 2001, Media
Pembinaan Pendidikan, Fa Dian Indah Pustaka, Surabaya .
Poerwadarminto, W.J.S. 1989. Kamus
Umum Buhasa Indonesia ,
PN Balai Pustaka, Jakarta .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar